Minggu, 29 April 2012

Silent

Diam adalah bahasa..
Dalam diam ku renungi arti hidup dan kehidupan
Merenungi arti mati dan kematian

Dalam diam ku berkata pada diri sendiri
Lelahnya menapaki hidup yang penuh bara api,
Yang tersandung bongkahan salju kutub di atas gurun

Kutatap langkah langkah kecilku pada harakah yang pernah kusinggahi
Bosan!
Bosan pada jiwa jiwa yang taa'shub
Benci pada orang orang yang merasa benar sendiri,
Hingga menutup dirinya tuk mendapat kebenaran dari orang lain.

Kau tau kenapa aku pergi,
Karena aku benci ta'ashub..
Karena Aku tak rela saudara Muslimku yang berjuang meneteskan darah, meregang nyawa lalu dikatakan kafir!
Tidak, sesekali aku tak akan pernah merelakan itu terjadi

Wahai Allah, sungguh jiwaku ada dalam genggamanMu
aku bersaksi tuada Illah yang layak ku ibadahi selain engkau
Dan aku bersaksi bahwa Risalah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad adalah hak
Dan akupun tak rela dien yang haq ini hancur
Tersekat sekat ego harokah

Ya Illahiii apakah ini salah?
Mohon petunjukmu ya Robb....


Edelweis

Kukenal nama ededelweis ketika diriku masih SMP. Ya boleh dibilang massa puber, saat pertama kalinya merasa tertarik pada lawan jenis. Tetapi beruntung karenaku dikenalkan pada rohis angkatan pertama disekolahku. jadi cinta monyetnya bisa dikendalikan dengan baik. Teh Yas bilang kalo pacaran itu gak boleh, dan kalo emang siap pacaran maka menikahlah.Tapi Bu Eli bilang kalo kamu mao pacaran ijab kabul dulu sama bapak baru boleh. Ini sih sama aja.

Mentorku waktu itu membei perumpamaan baju, lha koq baju. ya emang baju.......
Baju yang dibungkus rapi dipajang di etalse itu lebih mahal ketimbang dengan baju yang sama tapi diobral di emperan toko. Aku sih protes mending pilih yang obral aja kan sama baju kualitas sama dengan harga murah. Ummm ketauan pelitnya! Ternyata Aku dikasih pertanyaan lagi apa yang membuat baju yang di etalase lebih mahal? Hayo coba tebak kenapa?

Betul, karena gak sembarangan orang bisa nyentuh, cuma boleh dicoba kalo udah dibeli.....

Eh edelweisnya mana?
Jadi gini, setelah satu tahun percakapan berlalu dan terus tersimpan, ketika pelajaran kesenian ada lagu yang judulnya edelweis, harus hafal berikut notasinya dan dimainkan menggunakan pianika atau recorder.
Jujur aku tersentuh dengan kata edelweis yang menurut penyelidikan diperpustakaan, waktu itu gak kenal internet. Edelweis itu adalah bunga abadi. Ia tumbuh di pegunungan terjal. Sekali mekar bunganya tahan sampai beberapa tahun asal terus terkena sinar matahari yang cukup. Kelopak bunganya erat pada tangkainya hingga tangkai itu membusuk barulah ia layu lalu mati....

Sejak saat itu aku berikrar kalo cintaku harus seperti edelweis.
Kan kujaga hatiku hingga waktunya tiba aku diperbolehkan mencintai seseorang sepenuh hati karena Nya..
dan ternyata benar menjaga hati itu tak mudah, namun ketika teringat pada azamku semangatku kembali berkobar seperti lava yang terpendam diperut bumi. Takan ku khianati cuntaku untuk kekasihku yang tertulis dilauhul mahfuz  yang kelak akan menemaniku dalam ikatan pernikahan.


Doakan aku agar aku tak mengkhianati azamku...


The greatest love thats loving bcz Allah...