71 tahun yang lalu tanggal 17 Agustus 1945, rakyat
Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya setelah dijajah 350 tahun lamanya.
Berabad-abad silam Indonesia dididik dan dilatih untuk bermental pejuang.
Hiasan berwarna merah putih menjadi penghias di
setiap pelosok tanah air. Aneka dekorasi nampak saling berlomba menampakkan
keindahan tersendiri, dari pelosok desa hingga kota besarpun sama. Di
setiap gedung instansi pemerintah, konglomerat tingkat atas, maupun rakyat
jelata. Berbagai lomba khas 17 Agustus, seperti panjat pinang, makan
kerupuk, tarik tambang, balap karung, dan lain-lain menambah perayaan hari
kemerdekaan semakin semarak.Toko-toko online pun turut merayakannya dengan
berbagai diskon yang cukup fantastis dan menggoda. Begitupun statsiun televisi
menyuguhkan sajian istimewanya dengan berbagai acara yang tak kalah keren.
Bangsa ini memang telah merdeka, namun tanpa sadar
kita sendiri muncul sebagai penjajah. Merebut hak-hak oranglain atas nama
kebebasan mutlak tanpa ada aturan yang membingkainya.Inikah yang bernama
penjajah kekinian?
Contoh perilaku penjajahan kekinian
1.
Inginkan lingkungan rumah bersih diam-diam membuang sampah seembarangan
ke kebun milik orang lain, parit, sungai. Hingga pemilik kebun memasang
memasang peringatan “DILARANG BUANG SAMPAH DI SINI”. Ternyata esok harinya
sampah kian menggunung.
2.
Senang membully untuk kesenangan. Fenomena membuli secara fisik dan
verbal dalam tayangan komedi di televisi dengan kata-kata kotor, mengejek,
menghina bentuk fisik sesorang, keluarganya, sampai kekerasan fisikpun dianggap
lumrah untuk memancing tawa. Akhirnya aksi bully membully menjadi trend yang
dianggap keren di masyarakat. Ini sungguh berbahaya karena tindakan bullying
baik secara fisik maupun verbal dapat membentuk perilaku anti sosial, dendam,
depresi, bahkan membuat korban bully kehilangan nyawanya.
3.
Tidak mau antri. Serobot menyerobot adalah bukan perkara langka di
Indonesia. Terlebih ketika kemacetan menyapa, menggunakan lajur dengan melawan
aruspun dilakukan karena jalur sebelahnya kosong. Memakai jalur buswaypun
dilakukan, mungkin pengendara lupa sedang membawa kendaraan pribadi. Budaya antri memang mahal di Indonesia, tetapi sesibuk apapun cobalah mengantri karena orang lainpun memiliki kepentingan yang serupa bahkan mungkin lebuh penting.
4.
Gaul salah kaprah. Bahasa yang kasar, vulgar, dianggap keren namun
mengikis kesantunan para pelajar. Nongkrong, clubbing, mengkonsumsi narkoba,
bahkan pornografi dan porno aksi bukan lagi hal yang tabu dilakukan oleh
pelajar. Remaja yang menjadi harapan masa depan, justru meracuni dirinya
sendiri dengan hal-hal yang dapat merusak dirinya maupun bangsanya di masa
depan. Sayangnya perilaku ini sangat mudah menyebar dan menular dan butuh
penanganan serius. Karena dapat membentuk kepribadian yang miskin perjuangan.
Ingin hidup nyaman, banyak uang tanpa mau bekerja keras.
5.
Miskin empati. Sikap individualis di era digital kian marak. Melihat
orang kecelakaan justru dijadikan spot yang asik untuk selfie. Lalu di
uploadlah dijejaring sosial. Bahkan upacara pemakamanpun tak terasa sakralnya
karena keluarga duka malah asik berfoto ria. Ikhlas memang harus tapi gak
segitunya juga kan!?
6. Mental pembangkang.
Merasa diri paling benar, paling tahu, paling pintar, paling high class,
sehingga meremehkan siapapun yang ada dihadapannya. Tak peduli orangtuanya
sendiri sekalipun. Petuah dan nasehatpun dianggap sebagai penghalang kebebasan
berekspresi dan sangat menjengkelkan.
7. Lebih banyak berbicara daripada mendengar.
Malas mendengar orang lain dapat membuat diri menjadi kerdil. Lebih banyak mencari
kesalahan oranglain daripada mencari solusi pun adalah salah besar dan akan
memupuk sikap sombong.
Masih banyak perilaku yang
dianggap lumrah dan gaul tetapi menjerumuskan menjadi penjajah di negeri
sendiri. Perjuangan masih belum usai. Yakni berjuang melawan nafsu jahat dalam
diri yang akan membuat diri menjadi penjajah kekininian serta mengabaikan
hak-hak sesama manusia.
Jangan biarkan perjuangan para pahlawan menjadi
sia-sia. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Jadilah pahlawan di
masa depan yang gemilang.