Senin, 19 September 2016

Resensi Novel Bulan

Judul buku : Bulan
Penulis : Tere Liye
Tebal Buku : 396 Halaman

Buku ini merupakan sekuel kedua dari serial Bumi. Menceritakan petualangan Raib, Seli, Ali dan Ily di Klan Matahari. Tujuan mereka adalah untuk melakukan diplomasi agar klan bulan dan klan matahari kembali bersekutu. Selain itu, raib berharap mendapatkan petunjuk tentang orang tua kandungnya. Seli sangat antusias dengan perjalan menuju Klan Matahari, seperti halnya pulang ke tanah leluhurnya. Sambutan meriah di kota Ilios yang menyenangkanpun berubah seketika.  Mereka harus  bersaing dengan sembilan kontingen yang merupakan pasukan terbaik perwakilan dari 9 Konsil. Untuk menemukan bunga matahari yang mekar pertama di Klan Matahari.

Petualangan tak terduga ini sangat penuh tantangan, karena harus memecahkan teka-teki akan menunjukkan petunjuk lain dari sesuatu yang bercahaya di malam hari. Perjuangan yang sangat melelahkan bahkan berbahaya. Jika tak mampu berbicara dengan alam tentu akan kalah.

Dengan berbekal  peta Klan Matahari dan petunjuk pertama, dan tunggangan Harimau putih Klan Bulan yang tumbuh di Klan Matahari; Mereka harus melintasi hutan belukar dengan pepohonan yang sangat  tinggi, binatang dengan ukuran raksasa,  Pepohonan berbentuk aneh, kejaran burung yang membawa granat buah yang beracun, melewati danau, terbawa arus dari bendungan besar yang diduga disabotase lawan agar kalah. Tak hanya itu merekapun diusir dari perkampungan yang membenci Festival Bunga Matahari. Kehilangan Harimau tunggangan, dan hampir mati di tengah padang jamur beracun.

Manakala petunjuk terakhir didapat ternyata  Raib dan teman-teman tersesat. Mengapa mereka tersesat? Padahal Raib mampu berbicara dengan alam dan menterjemahkan petunjuk dengan tepat. Apa tujuan Ketua Konsil meyertakan mereka  dalam Festival Bunga Matahari?

Kamis, 15 September 2016

Helaian Takdir

Seperti halnya tak ada sehelai daunpun yang jatuh tanpa sepengetahuanNya, tanpa seizinnya.
Begitupun manusia dipertemukan, diberi ujian, untuk mengeja makna.
Manakala helaian takdir jatuh diwajahku.
Mempertemukanku dengannya,
Hingga akupun berikrar apapun yang terjadi, Ia akan tetap menjadi sahabatku. Selamanya.

Wahai Allah yang menggenggam jiwaku, peluklah Ia dalam cintaMu,
Dalam kasih dan penjagaanMu yang tiada berbatas.

Apapun yang terjadi Ia akan tetap menjadi sahabatku,
Selamanya..

Dalam sendu pagi,
Bogor, 16.09.2016
Ai